Sabtu, 15 Oktober 2011

Ayo kita ngaji PESAN UNTUK ORANG-ORANG BIASA...

                Ini hasil kajian Forum Studi Kepahlawanan tentang PESAN UNTUK ORANG-ORANG BIASA dari buku Mencari Pahlawan Indonesia.

              (P.2) Pahlawan itu mempunyai sense of crisis yang besar. Ia bisa melihat gejala-gejala permasalahan (crisis) yang ada (sensitif). Berkaitan dengan ini, ada 3 tipologi manusia :
1.       Penjahat (tafsidu fil ardh – merusak lingkungan)
2.       Pekerja (jundier, follower, simpatisan – follow the market)
3.       Pahlawan (aktivis, leadership – create the market)
Contoh hal-hal yang bisa membedakan 3 tipe manusia ini dari segi ibadah, misalnya shalat. Penjahat itu tidak shalat. Pekerja shalat, tapi biasa-biasa saja. Bisa sih masuk surga. Tapi gak tahu surga nomor berapa. Untuk pahlawan, mereka shalat, tapi shalat tepat waktu (STW). Kata ‘tepat’ di sini adalah tepat dalam arti cerdas. Pelaksanaan dalam kondisi/posisi optimal. Optimal untuk melakukan sesuatu yang bernilai Surga No. 1. Nah, untuk waktu shalat, yang tepat untuk dapat Surga No. 1 yang mana? Yang di awal waktu. Pada aktivitas sehari-hari, untuk membedakan 3 tipe manusia ini kita ambil contoh rapat. Bagi penjahat, mereka menyikapi ajakan rapat dengan pasif dan akhirnya tidak hadir tanpa keterangan yang jelas. Bagi pekerja, mereka datang sih datang, tapi telat. Tidak profesional. Ini merupakan tindakan reaktif. Untuk pahlawan, mereka akan pro aktif untuk ajakan rapat. Mereka datang tepat waktu. Kalaupun tidak bisa hadir, mereka akan secara profesional memberitahu dan akan menitipkan ide-ide mereka untuk dibahas dalam rapat. Bisa dilihat bahwa pekerja dan pahlawan sama-sama aktif. Tapi yang satu REaktif, yang satunya lagi PROaktif. Dua hal ini memberikan dampak yang sangat berbeda.
               Intinya, pahlwan dalam bertindak dan beramal, selalu mengambil yang utama. Mereka selalu lebih dibandingkan yang lain. Kalau penjahat tidak puasa, pekerja puasa, maka pahlawan puasa SECARA PROFESIONAL. Kalau penjahat tidak zakat, pekerja zakat, maka pahlawan zakat SECARA PROFESIONAL. Karena para pahlawan tahu bahwa hanya pekerjaan yang dilakukan secara profesional sajalah yang akan mendapat gaji paling tinggi. Dan ‘gaji paling tinggi’ yang diharapkan oleh para pahlawan tak lain adalah Surga No. 1. Satu-satunya tempat yang bisa mewujudkan mimpi mereka yang kuat untuk bertemu dengan Allah.
                (P.4, L.7) ‘kerja-kerja kecil pahlawan’ ini yang disebut di dalam LCB, my daily schedule.
                (P.6, L.1&3) Kita perlu meneladani pahlawan. Apanya? Meneladani kondisi psikologis sang pahlawan ketika melakukan tindakan kepahlawanan.
                (P.7, L.1) ‘tiras’ : dalam jumlah yang besar.
Ada 2 strategi untuk menempuh jalan kultural kepahlawanan :
1.       STW
2.       Belajar-Komitmen-Bertindak (BKB)
BKB merupakan siklus. Berkesinambungan. Seorang pahlawan ketika menemukan jalan, maka ia juga mencari jalan. Belajar-Komitmen-Bertindak adalah tiga hal yang harus kita lakukan secara berkesinambungan dan terus mengalir tanpa putus Pahlawan juga pembelajar seumur hidup. Seorang pembelajar tidak akan merasa cukup hanya sampai fase belajar. Harus ada dua fase berikutnya. Setelah dia mengetahui dan memahami sesuatu (ini adalah definisi minimal ‘belajar’ secara umum), maka dia harus menghadirkan sebuah komitmen tentang pengetahuannya yang baru itu. Sesuatu itu pasti membawa kebaikan, setelah dia menelaah, memfilter dan men-scanningnya. Harus ada yang berbeda pada dirinya setelah dia belajar sesuatu. Karena ...”Bila seseorang menemukan kebenaran, tapi tidak merasakan perubahan, maka hanya ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama, orang tersebut tidak sungguh-sungguh memahami dan melaksanakan kebenaran. Atau kemungkinan kedua, kebenaran tersebut bukanlah kebenaran sejati. Tidak ada artinya sedikitpun, sebuah kebenaran yang diraih seseorang tanpa ada perubahan yang dicapai.” (Diktat Mata Kuliah Dunia Sophie, Universitas Peradaban, Hal. 20). Sehingga pada akhirnya timbul tekad untuk melaksanakan apa yang sudah ia yakini kebenarannya.
Setelah selesai sampai tahap bertindak untuk suatu pelajaran, maka PR berikutnya adalah mencari hal lain untuk dipelajari. Terus begitu sampai akhir hidupnya. Makanya tak heran kalau ulama sekaliber Yusuf Qardlawy di usianya yang sudah senja masih saja produktif menulis buku. Hal itu karena beliau tidak pernah berhenti belajar. Selalu merasa ada yang belum diketahui olehnya sehingga perlu dipelajari, dibahas dan akhirnya disimpulkan.
Bagi peserta KK1, tidak ada kata terlambat untuk mulai melakukan langkah-langkah bayi. Masih ada kesempatan selama kita masih hidup. Karena bagi kita yang rata-rata masih berumur 20-an dan baru tahu konsep kepahlawanan, masih ada 3 range yang bisa kita isi dengan karya kepahlawanan. Walaupun range 1 kita nol (misalnya). Lihat gambar KK1. 1-5 :






          






(P.7, L.2) ‘...satu-dua hati yang mulai tergerak...’. Memang, pahlawan itu cuma sedikit. Maka, mulailah melakukan kerja-kerja kecil kepahlawanan hingga menjadi sebuah gunung. Karena yang dicari itu bisa jadi bahkan sudah ada di sini. Mereka hanya berlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka. (PESAN UNTUK ORANG-ORANG BIASA P.7, L.3-5)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar